JAKARTA – Pengurus Besar Inisiator Perjuangan Ide Rakyat (PB INSPIRA) mendukung penuh program pengembangan padi gogo di lahan peremajaan sawit rakyat yang dipaparkan oleh Prof Arif Satria Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB University). Program ini diyakini menjadi terobosan inovasi untuk mengoptimalkan potensi lahan sawit sekaligus mendukung program swasembada pangan dalam misi Asta Cita Presiden Prabowo.
Ketua Umum PB INSPIRA, Rizqi Fathul Hakim, menyatakan bahwa langkah ini sangat strategis dalam menjawab tantangan ketahanan pangan nasional. “Peluncuran program padi gogo untuk memanfaatkan peremajaan lahan sawit merupakan sebuah terobosan inovasi. Hal ini akan mendukung program swasembada pangan yang menjadi salah satu fokus misi Asta Cita Presiden Prabowo,” ujar Rizqi dalam pernyataannya, Kamis (21/11/2024).
Arif Satria menjelaskan, program ini bertujuan untuk memanfaatkan sekitar 470 ribu hektare lahan sawit yang sedang dalam masa peremajaan atau replanting. “Dari total 17 juta hektare lahan sawit di Indonesia, 4 persen di antaranya untuk replanting. Jika dikelola dengan baik, potensi ini dapat menghasilkan tambahan 1,1 juta ton beras per tahun,” ungkapnya saat Seminar Nasional Padi Gogo di Bogor, Selasa (19/11/2024).
Kajian potensi intercropping padi gogo ini menjadi langkah awal yang akan diujicobakan di Siak, Riau, dengan lahan percontohan seluas 20 hektare. Arif menambahkan, jika program ini berhasil, kebijakan untuk mewajibkan perusahaan sawit menanam padi gogo di masa replanting dapat diterapkan. “Ini langkah konkret menuju kemandirian pangan,” tegasnya.
Rizqi Fathul Hakim menilai kebijakan ini tidak hanya mendukung ketahanan pangan, tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi petani. “Program ini tidak hanya meningkatkan produksi beras nasional tetapi juga memberikan nilai tambah bagi petani sawit rakyat. Dengan keterlibatan aktif mereka, kita bisa mencapai swasembada pangan lebih cepat,” jelasnya.
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, turut mendukung program ini dengan menekankan pentingnya keberpihakan kepada petani. “Kita harus berpihak kepada petani. Fungsi koordinasi sangat penting untuk memastikan keberhasilan program ini,” ujar Zulhas. Ia optimis Indonesia dapat mencapai swasembada pangan pada 2027 dengan sinergi berbagai pihak.
Arif Satria juga menegaskan pentingnya dukungan ekosistem yang kuat, termasuk inovasi teknologi, sarana produksi, pendanaan, dan regulasi. “Penanaman padi gogo di lahan sawit yang dikelola oleh perusahaan dan petani harus didukung oleh seluruh komponen, termasuk penyediaan benih, pupuk, dan alat mesin pertanian,” pungkasnya.
PB INSPIRA menyambut baik langkah ini sebagai solusi atas penurunan lahan sawah produktif di Jawa. Rizqi menegaskan, “Ekstensifikasi lahan untuk padi gogo di lahan sawit merupakan jawaban strategis untuk menjawab tantangan hilangnya sawah produktif. Ini adalah ide yang bukan hanya wacana, tetapi harus diwujudkan dengan aksi nyata.”
Dalam jangka panjang, potensi lahan sawit yang dioptimalkan melalui intercropping diperkirakan mampu menghasilkan lebih dari 1,8 juta ton beras per tahun. Angka ini menjadi tonggak penting dalam upaya menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.
Rizqi Fathul Hakim kembali menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, institusi pendidikan, perusahaan, dan petani. “Kami mendukung penuh inovasi ini dan berharap seluruh pihak dapat bersinergi untuk memastikan keberhasilan program ini. Dengan kolaborasi yang kuat, swasembada pangan bukan lagi mimpi, tetapi kenyataan,” pungkasnya.
Dengan program padi gogo di lahan sawit, Indonesia memiliki peluang besar untuk memperkuat ketahanan pangan nasional dan menciptakan model pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Jika berhasil, program ini akan menjadi terobosan penting dalam membangun kemandirian pangan dan ekonomi nasional.