Oleh Muhammad Rizky Ramdan, Ketua Bidang Komunikasi dan Informasi HMI Cabang Bogor
Penandatangan lima Memorandum of Understanding (MoU) strategis antara Indonesia dan Singapura baru-baru ini bukan sekedar simbol diplomasi, melainkan sebuah langkah nyata sangat relevan dalam menghadapi tantangan global saat ini. M Rizky Ramdan sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen yang saat ini menjabat sebagai Ketua Bidang Komunikasi dan Informasi HMI Cabang Bogor melihat kolaborasi ini sebagai momentum penting untuk mempercepat transisi menuju ekonomi hijau dan memperkuat ketahanan pangan, dua aspek yang sangat krusial bagi masa depan bangsa.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2025 mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Menanggapi kondisi ini, Rizky menilai kolaborasi ekonomi bilateral dengan Singapura merupakan langkah strategis pemerintah yang patut diapresiasi. Kemitraan ini berpotensi besar menjadi daya tarik bagi Indonesia untuk memperluas akses pasar, menarik investasi asing, memperkuat daya saing industri nasional, serta memfasilitasi transfer teknologi dan pengetahuan yang krusial bagi kemajuan bangsa saat ini.
Dampak positif dari kolaborasi ekonomi bilateral ini diproyeksikan akan sangat signifikan. Data ekspor nonmigas Indonesia pada tahun 2024 yang mencapai USD 230 miliar, naik 3,5% dari tahun sebelumnya, menjadi indikasi awal potensi perluasan akses pasar. Ke depan, kita berharap realisasi investasi asing langsung (FDI) terus meningkat, seperti yang tercatat pada triwulan I-2025 yang mencapai Rp 186 triliun, dengan harapan kontribusi mitra bilateral akan semakin dominan di triwulan-triwulan mendatang. Selain itu, penguatan hubungan bilateral ini juga memperkukuh diplomasi ekonomi Indonesia di panggung internasional, terbukti dari rampungnya Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) dengan Peru, serta memberikan landasan kuat untuk menjalin kerja sama strategis dengan negara-negara di berbagai blok, termasuk anggota BRICS.
Secara keseluruhan, penandatanganan MoU strategis antara Indonesia dan Singapura ini adalah bukti nyata komitmen pemerintah dalam menghadapi tantangan ekonomi global, terutama perlambatan pertumbuhan yang terlihat dari data BPS. Kolaborasi bilateral ini bukan hanya solusi reaktif, melainkan langkah proaktif yang strategis. Ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk memperluas akses pasar, menarik investasi, memperkuat sektor industri, serta mengakselerasi transfer teknologi dan pengetahuan yang esensial.
Namun, keberhasilan langkah-langkah konkret ini tidak hanya bergantung pada inisiatif pemerintah. Di sinilah peran aktif mahasiswa dan seluruh lapisan masyarakat menjadi krusial. Mahasiswa, dengan kapasitas intelektual dan semangat inovasinya, dapat berperan sebagai penggerak ide-ide segar, melakukan penelitian yang relevan, serta menjadi jembatan dalam transfer pengetahuan dan teknologi. Sementara itu, masyarakat luas, melalui partisipasi aktif dalam ekosistem ekonomi,pengawasan konstruktif, dan adaptasi terhadap perkembangan baru, akan memastikan bahwa manfaat dari kolaborasi ini benar-benar terasa hingga ke akar rumput. Dengan sinergi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat, Indonesia dapat terus mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, meningkatkan daya saing nasional, dan memperkuat posisinya di kancah diplomasi ekonomi global, demi mewujudkan masa depan yang lebih kokoh dan sejahtera.