BOGOR – Aksi demonstrasi kembali terjadi di kawasan Puncak, Bogor, ketika Pengurus Pusat Perkumpulan Mahasiswa Indonesia (PP-PMI) melakukan protes di depan Resto Asep Strawberry. Para mahasiswa menuntut adanya kesetaraan dalam penertiban bangunan. Mereka mengkritik Pemkab Bogor yang dianggap hanya menertibkan bangunan kecil milik pedagang rakyat, namun membiarkan restoran besar tetap berdiri kokoh tanpa tersentuh.
Ali Moma, Ketua Umum PP-PMI, menyoroti sikap Pemkab yang membiarkan Resto Asep Strawberry tetap berdiri dengan dalih sedang dalam proses pengurusan izin. “Aturan harus berlaku bagi semua, tidak peduli besar atau kecil usaha itu. Tidak bisa hanya karena mereka sedang urus izin lantas mereka diistimewakan,” kata Ali.
Dalam orasinya, Syahrul, koordinator aksi, menegaskan bahwa kondisi ini mencerminkan ketidakadilan yang sangat jelas. “Kita bisa lihat, pedagang kecil ditekan dan bangunan mereka langsung dibongkar, tapi bangunan besar malah dibiarkan berdiri kokoh. Ini mencederai rasa keadilan masyarakat,” ujarnya di tengah aksi yang berlangsung selama tiga jam.
Aksi ini berlangsung panas, dengan pembakaran ban sebagai simbol perlawanan. Syahrul juga mengultimatum Pemkab Bogor untuk membongkar Resto Asep Strawberry dalam waktu 3×24 jam. “Jika tidak ada tindakan nyata, kami akan datang lagi dalam jumlah yang lebih besar dan langsung ke Istana Presiden Bogor untuk meminta komitmen Presiden dalam menegakkan keadilan,” tegas Syahrul.
PP-PMI berkomitmen akan terus mengawal kasus ini, termasuk menggandeng lembaga-lembaga sosial dan hukum untuk memastikan penegakan aturan yang adil. Mereka menyerukan masyarakat untuk bersolidaritas, karena aksi ini bukan hanya soal bangunan, tetapi juga perjuangan keadilan bagi rakyat kecil yang kerap diabaikan dalam penerapan hukum.